Rabu, 24 Desember 2014

Pantai Tanjung Bunga, Salah Satu Pesona Bangka

Karang di Pantai Tanjung Bunga
detikTravel Community -  Apabila sedang wisata ke Pangkalpinang, ibukota Kepulauan Bangka Belitung, jangan lupa mampir ke Pantai Tanjung Bunga. Pantai ini terkenal akan batu karangnya yang berjejer di tepi pantai. Suasana makin indah ketika sunset tiba.

Menjelang senja
Lokasinya cukup strategis, tidak jauh dari pusat kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka. Pantai Tanjung Bunga ini berjarak tidak jauh dari Pantai Pasir Padi.

Jika hendak kemari bisa juga sekalian berkunjung ke Pantai Pasir Padi dan Pantai Sampur. Jarak dari Bandara Depati Amir juga tidak jauh, hanya menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit perjalanan menggunakan mobil rental atau pun taxi bandara.

Dulu katanya pantai ini sempat menjadi kawasan tambang inkonvensional yang dikelola oleh masyarakat secara mandiri. Akibatnya, sempat terjadi banyak kerusakan di pantai ini yang mengurangi keindahannya.

Cantiknya Pantai Tanjung Bunga

Tanjung Bunga mempunyai kontur pantai landai dan bebatuan yang memiliki karakteristik unik. Pantai ini di dominasi oleh bebatuan yang berwarna kemerahan. Pada bagian arah ke darat Tanjung Bunga ini memiliki satu kawasan berbukit dengan panorama yang sangat indah ke arah laut.

Disini para pengunjung seolah bisa melakukan petualanan dengan menyusuri pantai dan alam yang berbukit. Oya, sebelum sampai kemari juga kita akan melewati sebuah pura dan kelenteng yang jaraknya berdekatan.

Memang di Kepulauan Bangka Belitung ini terkenal dengan toleransi antar umat beragama yang tinggi, tapi ternyata banyak hal unik justru di sini.

Kepulauan Bangka Belitung memang terkenal akan keindahan alamnya yang sayang untuk dilewatkan. Jika berkunjung ke Pangkalpinang, Ibu kota Bangka, Pantai Tanjung Bunga wajib untuk dikunjungi.

Anggi Agistia - d'Traveler

Selasa, 09 Desember 2014

Pantai Klayar di Pacitan Punya Batu Berbentuk Sphinx



Pacitan - Keunikan pantai tidak hanya dari pasir atau konturnya. Pantai Klayar di Pacitan menjadi salah satu wisata pantai yang unik di Indonesia karena punya batu berbentuk sphinx!

Pacitan merupakan suatu kabupaten di Jawa Timur. Berada di bagian selatan Pulau Jawa, membuat Pacitan memiliki banyak pantai yang elok dipandang. Namun pantai yang unik di sana, adalah Pantai Klayar.

Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (22/10/2014) Pantai Klayar memiliki hamparan pasir putih nan halus. Di bibir pantainya terdapat banyak bebatuan karang yang selalu dihempas ombak. Cobalah layangkan pandangan Anda ke bagian kiri pantainya, ada batu karang besar yang berbentuk seperti sphinx!



Inilah keunikan Pantai Klayar yang sudah terkenal. Jika diperhatikan, bentuknya memang mirip Sphinx yakni patung penjaga piramida yang berwujud badan singa sedang duduk dan berkepala manusia. Hanya saja, tidak ada wajah manusia di batu karangnya.

Meski begitu, batu tersebut sudah diberi julukan sebagai batu Sphinx. Entah siapa yang pertama menamainya, yang pasti pantai ini sudah terkenal sejak tahun 2007-an.



Traveler yang penasaran, bisa mendekat dan memanjat batu Sphinx tersebut. Harap diingat, permukaan batunya cukup licin. Sehingga, Anda harus lebih ekstra hati-hati agar tidak terjatuh.

Kalau tidak mau naik, bukan masalah. Dari bawah batu Sphinx, Anda juga bisa melihat lanskap Pantai Klayar yang cantik. Jadi spot yang bagus untuk berfoto!



Cara ke sana:

Pantai Klayar berada di Kecamatan Donorojo atau sekitar 40 km arah barat dari Kota Pacitan. Untuk menempuh perjalanan ke sana naik mobil, dibutuhkan waktu kurang lebih 60 menit lamanya.

Tiket masuk dan parkirnya pun murah, tidak sampai Rp 10 ribu. Di Pantai Klayar sudah banyak warung makan dan homestay. Tapi tenang, suasana di sana masih cukup tenang apalagi jika datang saat weekday. Mau melihat batu Sphinx di Pantai Klayar dari dekat? 

Bersumber dari : Afif Farhan - detikTravel

Kamis, 13 November 2014

2 Pantai di Indonesia yang Berwarna Pink

Lombok - Indonesia dianugerahi banyak keunikan alam. Buktinya, ada dua pantai di Lombok dan Flores yang memiliki pasir pantai berwarna pink. Cantik, sudah pasti!

Dengan 13 ribu pulau lebih, di Indonesia terdapat pantai-pantai yang memiliki keunikan dari Sabang sampai Merauke. Pantai Tangsi di Lombok dan Pantai Pink di Pulau Komodo, Flores sudah jadi perhatian turis mancanegara untuk wisata pantai karena warna pasirnya yang merah muda.

Disusun detikTravel, Kamis (23/10/2014) mari lebih kenal dengan dua pantai yang berwarna pink di Indonesia ini:

1. Pantai Tangsi, Lombok

Pantai Tangsi yang punya pasir pink di Lombok (Akbar Kautsar/d'Traveler)
Lombok boleh diadu dengan pulau-pulau eksotis lainnya di Indonesia. Lombok memang bersaing dengan Bali, karena letaknya berdekatan. Tapi jangan salah, di sinilah Anda bisa melihat pantai yang punya pasir pantai berwarna pink.

Saat matahari sedang terik-teriknya, pasir Pantai Tangsi terlihat pink sempurna. Ditambah Kontur pantai yang landai dan suasana yang tenang, pantai yang cantik ini seolah milik pribadi. Hanya ada Anda, pasir pantai berwarna pink, lautan biru di depan mata dan suara ombak. Surga!

Namun ingat pepatah, berenang-renang ke hulu, berakit-rakit kemudian. Perjalanan menuju Pantai Tangsi tidaklah mudah. Jarak pantainya dari Kota Mataram sekitar 75 km, kalau naik mobil bisa menghabiskan waktu 2,5 jam lebih lamanya. Rutenya yakni dari Kota Mataram ke Praya, lalu ke arah timur hingga tiba di sebuah pertigaan Desa Sukaraja. Kemudian, berbeloklah ke kanan hingga tiba di pertigaan Desa Pemokong, Jerowaru.

Setalah sampai di sana, tanyakan kepada masyarakat setempat jalan menuju Pantai Tangsi atau Tanjung Ringgit. Pantai Tangsi berada 500 meter sebelum Tanjung Ringgit, tanjung yang berada di bagian timur Lombok. Belum ada plang atau papan penunjuk ke arah pantainya. Medan jalanan pun belum mulus.

Namun setibanya di pantai Tangsi, rasa lelah bakal terbayar impas. Pantai dengan pasir berwarna pink ini pantas mendapat julukan surga yang tersembunyi di Lombok.

2. Pantai Pink, Flores

Pantai Pink di Pulau Komodo, Flores (Shafa/detikTravel)

Satu lagi pantai dengan pasir berwarna pink yang sudah lebih populer dari Pantai Tangsi adalah Pantai Pink di Pulau Komodo, Flores. Pantai ini berlokasi di sebelah barat Pulau Komodo, yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo.

Begitu menginjakan kaki di Pantai Pink, Anda bakal dibuat takjub dan mematung. Panorama alamnya menakjubkan. Di depan mata, terhampar pemandangan pasir berwarna merah muda yang menghipnosis, airnya yang biru jernih dan bukit di belakangnya yang gagah. Pasirnya pun ternyata sangat lembut.

Diduga, warna pasir yang berwarna pink di pantai ini dan di Pantai Tangsi di Lombok berasal dari pecahan karang dan biota laut di sana. Waktu terbaik melihat warna pinknya adalah saat matahari sedang terik-teriknya.

Yang lebih membuat Pantai Pink terlihat cantik, adalah airnya yang sangat jernih dan banyak ikan serta karang di bibir pantai. Mau berenang? Silakan!

Cukup mudah untuk menuju Pantai Pink di Pulau Komodo. Begitu tiba di kawasan Taman Nasional Komodo, Anda bisa meminta paket kepada masyarakat setempat yang menyewakan perahu untuk diantarkan ke Pantai Pink. Jaraknya sekitar 30 menit dari Loh Liang. Sudah banyak pula, operator tur di kota-kota besar di Indonesia yang menawarkan perjalanan ke Pantai Pink.

Ayo, kunjungi dua pantai dengan pasir berwarna pink di Indonesia ini! 

Bersumber dari : Afif Farhan - detikTravel

Kamis, 02 Oktober 2014

Pantai Jerman, Si Cantik di Bali yang Mungkin Anda Belum Tahu

Kuta - Pantai Kuta, Dreamland atau Jimbaran sudah tersohor kecantikannya di Bali. Satu pantai yang mungkin belum banyak diketahui traveler adalah Pantai Jerman di kawasan Kuta. Pantainya tak kalah cantik, apalagi bisa lihat pesawat hilir mudik dari dekat.

Cara menuju Pantai Jerman tak sulit, hanya berjarak sekitar 10 menit naik motor dari Bandara Ngurah Rai. Keluar dari parkir bandar udara Ngurah Rai, ambil ke arah utara dann ada pertigaan lalu belok ke kanan.

Setelah menemukan perempatan Wanasegara, belok kiri sampai bertemu pertigaan yang ada patung Holiday Inn Resort, ikuti saja jalan tersebut hingga terlihat pantainya. Kemudian, parkirkan kendaraan Anda terlebih dan berjalanlah sampai ke pantainya.

Bicara soal kecantikan Pantai Jerman, berikut 5 ulasannya dari detikTravel, Rabu (17/9/2014):

1. Pasir pantai yang mirip dengan Pantai Kuta



Pantai Jerman boleh dibilang masih satu garis pantai dengan Pantai Kuta. Warna pasir pantainya pun sama, kecokelatan dan terasa halus saat disapu dengan kaki. Eenaknya lepas alas kaki Anda kalau sedang berjalan menyisiri pantainya.

2. Banyak perahu



Salah satu pemandangan elok di Pantai Jerman adalah banyak perahu yang bersandar di bibir pantainya. Tentu bagi traveler yang doyan berfoto, pemandangan seperti ini jadi objek yang bagus untuk diabadikan.

Perahu-perahu tersebut adalah perahu nelayan atau sped boat yang disewakan untuk turis. Meski begitu, perahu-perahunya tidak bakal menganggu kegiatan bersantai Anda di Pantai Jerman.

3. Kontur pantai yang landai



Pantai Jerman berbeda dengan Pantai Suluban atau Pantai padang-padang yang banyak bebatuan karang. Pantai Jerman memiliki kontur landai dan garis pantai yang panjang. Bisa pilih tempat di mana saja untuk berjemur atau bermain pasir.

4. Warung makan yang lengkap



Di pinggiran Pantai Jerman, berjejer aneka warung makan yang menyajikan aneka kuliner makanan dan minuman. Di depan warungnya pun disediakan bangku yang dilengkapi payung besar untuk tempat duduk. Asyiknya, minum es kelapa di sini!

Jadi, tak perlu takut kelaparan saat berkunjung ke Pantai Jerman.

5. Suasananya tenang



Suasana di Pantai Jerman tidak seramai di Pantai Kuta. Di Pantai Jerman, suasananya lebih tenang dan sunyi. Tak heran, Anda bakal lebih banyak melihat turis mancanegara yang datang ke sini.

6. Pemandangan pesawat hilir mudik



Karena berada dekat dengan Bandara Ngurah Rai, Anda bisa melihat pesawat yang hilir mudik di landasan pacu dari Pantai Jerman. Arahkan pandangan Anda ke sebalah kiri dari pantainya, di situlah tempat pesawat lepas landas atau mendarat.

Bersumber dari : Afif Farhan - detikTravel 

Rabu, 10 September 2014

Kedung Pengilon, Obyek Wisata Alam Di Pedalaman Bantul

Permukaan air Kedung Pengilon, Bantul
Di Bantul ada obyek wisata alam yang relatif masih alami. Namanya, Kedung Pengilon, yang berada di Dusun Petung, Kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan. Kedung Pengilon dapat dikatakan masih cukup asri. obyek ini relatif jarang dikunjungi orang. Mungkin salah satu sebabnya adalah karena aksesnya tidak mudah. Selain itu, peta, rute, atau denah untuk menuju ke tempat tersebut juga belum terlalu umum sehingga belum banyak orang yang mengenalnya, lebih-lebih orang dari luar Bantul.

Lokasi Kedung Pengilon dapat dijangkau melalui Perempatan Kasongan ke arah barat. Ikuti jalan tersebut hingga pertigaan Mejing Kalirandu. Pada pertigaan ini ambil arah ke kiri (selatan) atau arah Desa Wisata Krebet. Ikuti jalan tersebut hingga sampai di perempatan beringin (wilayah Banyuripan). Dari perempatan beringin ambil arah ke kanan (barat). Setelah menemukan pertigaan kedua yang berkonblok (cor beton), ikuti jalan cor beton tersebut hingga sampai di masjid Dusun Petung.

Jembatan bambu dan bagian hilir sungai di Kedung Pengilon
Jika Anda telah sampai di masjid ini berarti Anda sudah sangat dekat dengan lokasi yang dimaksud. Kedung Pengilon terletak di sisi barat-selatan masjid tersebut. Bagi yang mengendarai kendaraan roda 4 Anda hanya bisa sampai di masjid ini. Namun bagi yang mengendarai roda 2 bisa sampai mendekati lokasi dengan menitipkan kendaraan roda 2 di rumah penduduk.

Dari rumah penduduk Anda masih harus berjalan kaki dengan menyusuri jalan setapak dan menerobos tegalan serta hutan jati. Bagi yang suka petualangan hal ini justru menantang dan memberikan pengalaman menjelajah alam yang mengasyikkan. Jalan setapak menuju Kedung Pengilon dengan suasana tegalan dan hutan yang melingkupinya memberikan kesan alamiah yang mendalam.

Kedung Pengilon dilihat dari arah hilir
Disebut Kedung Pengilon karena menurut sumber setempat dulu bila dilihat dari atas permukaan airnya berkilauan saat kena terpaan sinar matahari. Kilau cahaya dari permukaan air Kedung Pengilon ini seperti pantulan sinar di atas permukaan cermin (pengilon).

Kedung Pengilon berbentuk nyaris seperti sumur dengan diameter sekitar 8-10 meter. Kedalaman air sekitar 8 meter. Kini Kedung Pengilon juga dilengkapi dengan jembatan bambu dengan konstruksi yang cukup artistik sehingga orang bisa menyeberang ke sebelah-menyebelah sungai. Selain itu, di kompleks tersebut juga terdapat Sendang Soca Banyuroso dan Sendang Penguripan. Kedua sendang ini berada di kanan dan kiri Kedung Pengilon dengan posisi di atas tebing Kedung Pengilon.

Jalan setapak di tengah hutan menuju Kedung Pengilon
Menurut rencana Kedung Pengilon akan dikembangkan lagi dengan perbaikan jembatan, pembuatan akses jalan, penataan tanaman di seputaran Kedung Pengilon, penebaran bibit ikan, penyediaan fasilitas berupa ban untuk berenang, dan sebagainya.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya




Kamis, 04 September 2014

Pulau Serangan, Destinasi Baru Wisata di Pulau Dewata

Desa Pakraman, Serangan, Bali
KETIKA tujuan-tujuan utama di Pulau Dewata sarat oleh pengunjung, Anda dapat menuju ke Pulau Serangan yang memiliki suasana desa pesisir. Tadinya, peminat mesti menggunakan transportasi laut dari Tanjung Benoa untuk tiba di lokasi. Kini, seiring proyek reklamasi, telah berdiri sebuah jembatan yang menghubungkan pulau ini dengan daratan utama.

Anda dapat mengajak putra-putri berwisata edukasi, dengan menyimak budidaya rumput laut yang dikembangkan warga sekitar. Dengan perahu, rumput-rumput laut yang mengapung dan diberi penanda khusus semisal bekas botol-botol air mineral dipanen.

Beberapa ibu tampak memilah-milah rumput laut menurut peruntukan. Seperti bahan untuk sayur (salah satu yang terkenal adalah bolung; semacam rujak rumput laut dengan kuah ikan dan dihidangkan bersama ketupat yang dalam bahasa setempat disebut tipat, hidangan ini dapat  diperoleh di Pantai Sanur), untuk bahan produk kecantikan dan bahan agar-agar. Dua disebut terakhir adalah komoditi ekspor.

Salah satu pemetik rumput laut menjelaskan, warna asli rumput laut yang dibudidayakan berwarna kehitaman. Setelah direndam dalam kapur sirih menjadi hijau cerah.  Sementara bila langsung dijemur, akan berwarna putih.

Tidak jauh dari pedesaan ini, terdapat Balai Konservasi Penyu. Di sini, terdapat lokasi penetasan telur penyu, kolam-kolam tukik atau anakan penyu dan kolam bagi penyu dewasa. Setelah berusia 25 tahun mereka akan dikeluarkan dari kolam dan diletakkan di pantai agar dapat bertelur.

Balai ini hadir sebagai langkah pelestarian lingkungan sekitar. Di sinilah ditampung telur-telur penyu sisik dan penyu hijau hasil temuan nelayan saat mereka melaut atau menjumpainya di kawasan pesisir. Saat ini, penyu tertua di kolam berusia 15 tahun.

Usai mengunjungi tempat-tempat itu, Anda dapat berkunjung ke Pura Dalem Sakenan dengan mengenakan kain, lalu bersantap nikmat di bawah langit terbuka, dengan mengunjungi salah satu kedai hidangan laut di sini. Mayoritas menawarkan kuliner ikan bakar serta sup kepiting. Peminat diminta memilih bahan-bahan segar sesuai selera, lantas ditimbang dan dihargai per kilogram lantas dimasak oleh sang penjual.

Setelah matang dihidangkan bersama sambal pedas tumis serta sambal matah. Sup kepiting atau rajungan juga hadir menggugah selera, dengan kuah bening kekuningan yang berasal dari kunyit.

Meski Pulau Serangan potensial menjadi destinasi wisata, seorang pemangku dari Pura Dalem Sakenan mewanti-wanti bahwa kawasan ini perlu dijaga secara arif. Apalagi dengan selesainya proyek jembatan. “Lokasi mesti dirawat teliti dan dikembangkan secara benar, selaras dengan kehidupan warga setempat,” ujarnya. Setuju. (RR Ukirsari Manggalani)

Bersumber dari : travel.kompas

Minggu, 17 Agustus 2014

Embrio Museum UGM Yogyakarta Telah Mewujud

Gedung Museum UGM di Blok D6 dan D7 Bulaksumur
Museum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sudah mulai mewujud. Lokasinya di Blok D6 dan D7 Kompleks Perumahan Dosen dekat Masjid UGM. Cikal bakal Museum UGM ini masih belum dibuka untuk umum. Hanya kalangan tertentu saja yang boleh berkunjung, khususnya mahasiswa yang melakukan studi bangunan arsitektur atau pengunjung khusus. Pasalnya, kata Widodo, pengelola Museum UGM, museum masih dalam tahap penyiapan.

Namun, wujud museum sudah nampak jelas. Di halaman depan di gedung Blok D6, terpampang jelas nama Museum UGM dengan ukuran huruf yang cukup besar. Di dalam rumah ini terdapat 5 ruangan tempat koleksi.

Ruang Pamer 1 berisi sejarah awal mula UGM
Pada ruangan pertama, terpampang sejarah awal berdirinya UGM seiring dengan perkembangan politik di Nusantara. Diawali pada tahun 1943, dengan berdirinya Sekolah Bagian Ilmu Kedokteran Gigi di Surabaya yang dibentuk Jepang, tepatnya 1 April 1943. Sekolah itu merupakan cabang “Ika Daigaku” di Jakarta. Bersamaan dengan itu, di dunia politik, pada 3 Oktober 1943 terjadi pembentukan PETA. Hingga sejarah peresmian Gedung Pusat UGM oleh Presiden Ir Soekarno pada 19 Desember 1959.

Pada ruangan ini juga terdapat beberapa foto awal tempat perkuliahan mahasiswa UGM sebelum dipindahkan ke Bulaksumur. Di antaranya adalah Pendopo Mangkubumen untuk kuliah Fakultas Kedokteran. Kampus Wijilan untuk kuliah Fakultas Sastra, Pedagogik, dan Filsafat. Ada pula Kampus Sitihinggil tahun 1954. Semua tempat kuliah itu berada di lingkungan Keraton Yogyakarta. Ada pula koleksi foto kunjungan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru ke Indonesia menemui Presiden Ir Soekarno.

Ruang koleksi Foto HB IX, salah satu tokoh pendiri UGM
Pada ruangan kedua, lmenonjolkan koleksi milik Prof Dr Sardjito. Boleh dikatakan ruangan ini khusus untuk mengingatkan kepada rektor pertama UGM itu. Di ruangan ini ada koleksi meja, kursi, mesin ketik, dan foto-foto Prof Dr Sardjito. Ada pula sejarah penemuan obat tradisional oleh Sardjito yang kemudian diberi label Calcusol, sebagai obat peluruh batu ginjal. Naman rektor ini juga telah diabadikan untuk nama rumah sakit terbesar di Yogyakarta, yang juga berada di lingkungan Bulaksumur.

Memasuki ruangan ketiga, terdapat berbagai koleksi, baik foto, maupun koleksi pribadi dari beberapa tokoh penting UGM, seperti Hardjoso Prodjo Pangarso, Teuku Jakob, dan Sukamto. Siapakah mereka? Bisa dibaca detail di ruangan ini. Ada pula koleksi Nalareksa (Alat Perekam O2 dan CO2), Panji dan Logo UGM. Ternyata Logo UGM terinspirasi dari relief Surya Majapahit.

Sementara di ruangan ke-4 dan ke-5, dipamerkan koleksi alat penemuan Prof Herman Johanes (Rektor UGM ke-2) berupa tungku hemat energi dan beberapa koleksi pribadinya. Ada pula sejarah tokoh-tokoh penting lainnya yang punya peran penting dalam sejarah UGM, seperti Ki Mangunsarkoro, HB IX, dan Ki Hadjar Dewantara.

Koleksi tempat tidur Obama, dulu ia pernah tinggal di rumah ini
Di Gedung D7 terdapat koleksi foto-foto rektor UGM dari masa ke masa. Di gedung ini, ternyata juga menyimpan beberapa foto Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Ternyata Barack Obama semasa kecilnya pernah tinggal di gedung D7 ini selama berada di Yogyakarta untuk berkunjung ke saudara ayah tirinya, Soetoro. Koleksi yang dipamerkan antara lain tempat tidur dan foto-foto. Bahkan pada 11 Juni 2013, saat soft opening, menurut keterangan Widodo, museum ini dikunjungi oleh para pejabat Hawaii University dan Maya Soetoro, adik tiri Barack Obama.

Sebenarnya masih banyak koleksi barang bersejarah sumbangan dari kalangan UGM, tapi untuk sementara koleksi itu belum bisa disajikan, karena keterbatasan tenaga pengelola museum.

Ikhwal niat UGM untuk mendirikan museum sudah disampaikan oleh rektor UGM saat peringatan Dies Natalis ke-64 pada 19 Desember 2013. Keberadaan museum baru ini menambah jumlah museum yang dimiliki UGM yang telah ada lebih dulu, yakni Museum Biologi, Museum Peta, Museum Gumuk Pasir (Geospasial) Parangtritis, Museum Kayu Wanagama, dan Museum Paleoantropologi.

Tentu saja Museum UGM ini semakin menambah warna museum di DIY yang saat ini telah mencapai 45, 33 di antaranya telah masuk organisasi museum yang diberi nama Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya