Rabu, 10 September 2014

Kedung Pengilon, Obyek Wisata Alam Di Pedalaman Bantul

Permukaan air Kedung Pengilon, Bantul
Di Bantul ada obyek wisata alam yang relatif masih alami. Namanya, Kedung Pengilon, yang berada di Dusun Petung, Kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan. Kedung Pengilon dapat dikatakan masih cukup asri. obyek ini relatif jarang dikunjungi orang. Mungkin salah satu sebabnya adalah karena aksesnya tidak mudah. Selain itu, peta, rute, atau denah untuk menuju ke tempat tersebut juga belum terlalu umum sehingga belum banyak orang yang mengenalnya, lebih-lebih orang dari luar Bantul.

Lokasi Kedung Pengilon dapat dijangkau melalui Perempatan Kasongan ke arah barat. Ikuti jalan tersebut hingga pertigaan Mejing Kalirandu. Pada pertigaan ini ambil arah ke kiri (selatan) atau arah Desa Wisata Krebet. Ikuti jalan tersebut hingga sampai di perempatan beringin (wilayah Banyuripan). Dari perempatan beringin ambil arah ke kanan (barat). Setelah menemukan pertigaan kedua yang berkonblok (cor beton), ikuti jalan cor beton tersebut hingga sampai di masjid Dusun Petung.

Jembatan bambu dan bagian hilir sungai di Kedung Pengilon
Jika Anda telah sampai di masjid ini berarti Anda sudah sangat dekat dengan lokasi yang dimaksud. Kedung Pengilon terletak di sisi barat-selatan masjid tersebut. Bagi yang mengendarai kendaraan roda 4 Anda hanya bisa sampai di masjid ini. Namun bagi yang mengendarai roda 2 bisa sampai mendekati lokasi dengan menitipkan kendaraan roda 2 di rumah penduduk.

Dari rumah penduduk Anda masih harus berjalan kaki dengan menyusuri jalan setapak dan menerobos tegalan serta hutan jati. Bagi yang suka petualangan hal ini justru menantang dan memberikan pengalaman menjelajah alam yang mengasyikkan. Jalan setapak menuju Kedung Pengilon dengan suasana tegalan dan hutan yang melingkupinya memberikan kesan alamiah yang mendalam.

Kedung Pengilon dilihat dari arah hilir
Disebut Kedung Pengilon karena menurut sumber setempat dulu bila dilihat dari atas permukaan airnya berkilauan saat kena terpaan sinar matahari. Kilau cahaya dari permukaan air Kedung Pengilon ini seperti pantulan sinar di atas permukaan cermin (pengilon).

Kedung Pengilon berbentuk nyaris seperti sumur dengan diameter sekitar 8-10 meter. Kedalaman air sekitar 8 meter. Kini Kedung Pengilon juga dilengkapi dengan jembatan bambu dengan konstruksi yang cukup artistik sehingga orang bisa menyeberang ke sebelah-menyebelah sungai. Selain itu, di kompleks tersebut juga terdapat Sendang Soca Banyuroso dan Sendang Penguripan. Kedua sendang ini berada di kanan dan kiri Kedung Pengilon dengan posisi di atas tebing Kedung Pengilon.

Jalan setapak di tengah hutan menuju Kedung Pengilon
Menurut rencana Kedung Pengilon akan dikembangkan lagi dengan perbaikan jembatan, pembuatan akses jalan, penataan tanaman di seputaran Kedung Pengilon, penebaran bibit ikan, penyediaan fasilitas berupa ban untuk berenang, dan sebagainya.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya




Kamis, 04 September 2014

Pulau Serangan, Destinasi Baru Wisata di Pulau Dewata

Desa Pakraman, Serangan, Bali
KETIKA tujuan-tujuan utama di Pulau Dewata sarat oleh pengunjung, Anda dapat menuju ke Pulau Serangan yang memiliki suasana desa pesisir. Tadinya, peminat mesti menggunakan transportasi laut dari Tanjung Benoa untuk tiba di lokasi. Kini, seiring proyek reklamasi, telah berdiri sebuah jembatan yang menghubungkan pulau ini dengan daratan utama.

Anda dapat mengajak putra-putri berwisata edukasi, dengan menyimak budidaya rumput laut yang dikembangkan warga sekitar. Dengan perahu, rumput-rumput laut yang mengapung dan diberi penanda khusus semisal bekas botol-botol air mineral dipanen.

Beberapa ibu tampak memilah-milah rumput laut menurut peruntukan. Seperti bahan untuk sayur (salah satu yang terkenal adalah bolung; semacam rujak rumput laut dengan kuah ikan dan dihidangkan bersama ketupat yang dalam bahasa setempat disebut tipat, hidangan ini dapat  diperoleh di Pantai Sanur), untuk bahan produk kecantikan dan bahan agar-agar. Dua disebut terakhir adalah komoditi ekspor.

Salah satu pemetik rumput laut menjelaskan, warna asli rumput laut yang dibudidayakan berwarna kehitaman. Setelah direndam dalam kapur sirih menjadi hijau cerah.  Sementara bila langsung dijemur, akan berwarna putih.

Tidak jauh dari pedesaan ini, terdapat Balai Konservasi Penyu. Di sini, terdapat lokasi penetasan telur penyu, kolam-kolam tukik atau anakan penyu dan kolam bagi penyu dewasa. Setelah berusia 25 tahun mereka akan dikeluarkan dari kolam dan diletakkan di pantai agar dapat bertelur.

Balai ini hadir sebagai langkah pelestarian lingkungan sekitar. Di sinilah ditampung telur-telur penyu sisik dan penyu hijau hasil temuan nelayan saat mereka melaut atau menjumpainya di kawasan pesisir. Saat ini, penyu tertua di kolam berusia 15 tahun.

Usai mengunjungi tempat-tempat itu, Anda dapat berkunjung ke Pura Dalem Sakenan dengan mengenakan kain, lalu bersantap nikmat di bawah langit terbuka, dengan mengunjungi salah satu kedai hidangan laut di sini. Mayoritas menawarkan kuliner ikan bakar serta sup kepiting. Peminat diminta memilih bahan-bahan segar sesuai selera, lantas ditimbang dan dihargai per kilogram lantas dimasak oleh sang penjual.

Setelah matang dihidangkan bersama sambal pedas tumis serta sambal matah. Sup kepiting atau rajungan juga hadir menggugah selera, dengan kuah bening kekuningan yang berasal dari kunyit.

Meski Pulau Serangan potensial menjadi destinasi wisata, seorang pemangku dari Pura Dalem Sakenan mewanti-wanti bahwa kawasan ini perlu dijaga secara arif. Apalagi dengan selesainya proyek jembatan. “Lokasi mesti dirawat teliti dan dikembangkan secara benar, selaras dengan kehidupan warga setempat,” ujarnya. Setuju. (RR Ukirsari Manggalani)

Bersumber dari : travel.kompas