- Clarion Hotel ( Bintang 5 ) – Jl. A.P. Pettarani No. 3, Telp 833 888
- Imperial Aryaduta Hotel ( Bintang 5 ) – Jl. Somba Opu No. 297, Telp 870 555
- Sahid Jaya Hotel Makassar ( Bintang 5 ) – Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 33, Telp 875 757
- Makasar Golden Hotel ( Bintang 4 ) – Jl. Pasar Ikan No. 52, Telp 333 000
- Singgasana Hotel ( Bintang 4) – Jl. Kajaolalido No. 16, Telp 315 087
- Aston Hotel ( Bintang 3 ) – Jl. Haji Bau No. 7, Telp 8555 555
- Comfort Royal Makassar Hotel ( Bintang 3) – Jl. Daeng Tompo No. 8, Telp 365 0099
- Losari Beach Hotel ( Bintang 3 ) – Jl. Penghibur No. 10, Telp 326 062
- Pantai Gapura Hotel ( Bintang 3 ) – Jl. Pasar Ikan No. 10, Telp 325 791
- Quality Hotel ( Bintang 3 ) – Jl. Somba Opu No. 235, Telp 333 111
- Santika Hotel ( Bintang 3 ) – Jl. Sultan Hasanuddin
- Yasmin Hotel ( Bintang 3 ) – Jl. Jampea No. 5, Telp 320 424
- Celebes Hotel ( Bintang 2) – Jl. Sultan Hasanuddin No. 2, Telp 320 770
- Kenari Hotel ( Bintang 2 ) – Jl. Yosef latumahina No. 3, Telp 874 250
- Kenari Pantai Hotel ( Bintang 2) – Jl. Somba Opu No.283, Telp 852 352
- Losari Guest House ( Bintang 2 ) – Jl.Penghibur No. 3, Telp 322 155
- Losari Metro Hotel ( Bintang 2 ) – Jl. Chairil Anwar No. 19, Telp 331 133
- Makassar Palace Hotel ( Bintang 2 ) – Jl. Tentara Pelajar No. 50, Telp 332 436
- Marannu Garden Hotel ( Bintang 2 ) – Jl. Baji Gau No. 52, Telp 852 245
- Surya Indonesia Hotel ( Bintang 2 ) – Jl. Daeng Tompo No. 3, Telp 327 568
- Angin Mammiri Hotel ( Bintang 1 ) – Jl. Somba Opu No. 245, Telp 333 862
- Bumi Asih Hotel ( Bintang 1 ) – Jl. Dr Sam Ratulangi No. 17, Telp 875 555
- Celebes Indah Hotel ( Bintang 1 ) – Jl. Gn. Latimojong No. 142B. Telp 330 950
- Citra Wisata Hotel ( Bintang 1) – Jl. Botolempangan No. 28
- Delta Hotel ( Bintang 1 ) – Jl. Sultan Hasanuddin No. 43, Telp 312 711
- Makassar Cottage ( Binttang 1) – Jl. Letjen Mappaodang No. 80
- Panakkukang Mas Hotel ( Bintang 1 ) – Jl. Panakkukang Mas
- Pinang Mas Hotel ( Bintang 1 ) – Jl. S. Saddang Baru No. 16, Telp 445 339
- Ramayana Satria Hotel ( Bintang 1 ) – Jl. Gn. Bawakareang No. 121, Telp 442 479
- Toraja Misiliana Hotel ( Bintang 1 ) – Jl. Boulevard Ruko emerald No. 7, Telp 452 331
- Widhana Hotel ( Bintang 1 ) – Jl. Botolempangan No. 93, Telp 320 983
- Wisata Inn Hotel ( Bintang 1 ) – Jl. Sultan Hasanuddin No, 36, Telp 324 444
Senin, 31 Oktober 2011
Daftar Hotel Bintang di Makassar
Minggu, 30 Oktober 2011
Daftar Hotel Melati di Makassar
- Berlian Hotel – Jl. Urip Soemoharjo No. 43, Telp 459289
- Bonto Cinde Hotel – Jl. S. Saddang No. 66, Telp 871 229
- Denpasar Hotel – Jl. Boulevard Ruko 11 No. 1-2
- Istana Hotel – Jl. S. Saddang No.96, Telp 873 358
- Kiwi Indah Hotel – Jl. Sungai Cerekang No. 36, Telp 326 563
- Lydiana Hotel – Jl. Botolempangan No. 33, Telp 328 004
- Makassar Metro Hotel – Jl. Tentara Pelajar NO.61, Telp 323 671
- Makassar Transit Hotel – Jl. Monumen Emmy Saelan No. 1, Telp 868637
- Maricaya Hotel Jl. Kijang No.2, Telp 87677787
- Merlin Hotel – Jl. Gn. Bawakareang No. 120, Telp 449 795
- Mira Hotel – Jl. Sultan Hasanuddin
- Oriental Hotel – Jl. Wolter Monginsidi No. 44, Telp 873 558
- Pondok Borobudur Indah – Jl. Sarappo No. 143, Telp 317 139
- Pondok Modern – Jl. Hertasning Blok E-N No. 27
- Pondok Suada Indah – Jl, Sultan Hasanuddin No. 12
- Savu Hotel – Jl. Savu No. 11, Telp 325 223
- Surya Berlian Hotel – Jl. Ammanagappa No. 7, Telp 327 208
- Venus Kencana Hotel – Jl. Botolempangan No. 17, Telp 324 995
- Virgo Hotel – Jl. Sumba No.109, Telp 321 451
- Wisma Erik’s – Jl. Karunrung No.8, Telp 321 998
- Wisma Lydiana – Jl. Pelita Raya No. 45
- Wisma Timor – Jl. Timor No.47
Label:
hotel di makassar,
indonesia,
Makassar,
virgo hotel,
wisma timor
Sabtu, 29 Oktober 2011
Daftar Hotel Bintang di Batam
- Batam View Beach Resort ( Bintang 4 ) - Jl. Hang Lekir, Nongsa – Batam, Telp 761740, Fax 761748
- Golden View Hotel ( Bintang 4 ) - Jl. Bengkong Laut – Batam, Telp 7717777, Fax 7717000
- Goodway Hotel ( Bintang 4 ) - Komp. Wira Mustika Blok B2, Jl. Imam Bonjol 10 – Batam, Telp 426888, Fax 458057
- Grand Majesty Hotel ( Bintang 4 ) - Komp. Jaya Putra, Sei Jodoh – Batam, Telp 433688, Fax 433788
- Harmoni Apartement ( Bintang 4 ) - Jl. Imam Bonjol, Nagoya – Batam, Telp 455550, Fax 455551
- Harmoni Hotel ( Bintang 4 ) - Komp. Harmoni Plaza, Jl. Imam Bonjol Blok B No 1, Nagoya – Batam, Telp 459308, Fax 459306
- Holiday Inn Resort (Bintang 4) - Water Front City – Batam, Telp 381333, Fax 381332
- I Hotel ( Bintang 4 ) - Jl. Teuku Umar, Bukit Nagoya – Batam, Telp 431111, Fax 431999
- Nongsa Point Marina ( Bintang 4 ) - Jl. Hang Lekir2, Nongsa – Batam, Telp 761561, Fax 761474
- Novotel Batam (Bintang 4) - Jl. Duyung, Sei Jodoh – Batam, Telp 425555, Fax 6006582
- Pacific Palace Hotel ( Bintang 4 ) - Jl. Duyung, Sei Jodoh - Batam Telp 421111, Fax 459799
- Panorama Regency Hotel (Bintang 4 ) - Komp. Melia Panorama Gallery – Batam, Telp 452888, Fax 459126
- Planet Holiday Hotel ( Bintang 4) - Jl. Raja Ali Haji, Sei Jodoh – Batam, Telp 433555, Fax 433534
- Turi Beach Hotel (Bintang 4) - Jl. hang Lekir – Batam, Telp 761080, Fax 761279
- Vista Hotel (Bintang 4) - Komp. Top View Garden Blok F-1 – Batam, Telp 431888, Fax 431877
- 89 Hotel ( Bintang 3) - Jl. Pembangunan Baloi Blok VI,Penuin – Batam, Telp 433789, Fax 456070
- Formosa Hotel (Bintang 3) - Nagoya City Plaza Blok A No. 8 – Batam, Telp 426789, Fax 426722
- Harbour Bay Amir Hotel (Bintang 3) - Jl. Duyung, Batu Ampar – Batam, Telp 452335, Fax 454149
- Harris Resort Batam ( Bintang 3) - Jl. KH. Ahmad Dahlan, Komp. Water Front City – Batam, Telp 381888, Fax 381142
- KTM Indonesia (Bintang 3) - Jl. Kol. Sugiono, Tg. Pinggir, Sekupang – Batam, Telp 321201, Fax 322883
Jumat, 28 Oktober 2011
Wisata Ke Bandung Tempo Dulu
Ini adalah upaya merasakan sisa-sisa apa yang telah dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda terhadap Bandung ketika itu. Bandung memang sengaja dikembangkan untuk pariwisata alias kota peristirahatan atau plesiran. Makanya disebut sebagai Parijs Van Java. Memang ketika itu Bandung sangat indah dan teratur serta tertata rapi di pegunungan.
Masa itu adalah sejak akhir abad ke 19. Wisatawan bishttp://www.blogger.com/img/blank.gifa menelusurinya dari mulai jalan Braga. Dulu di situ terdapat Societet Concordia yang sekarang bernama Gedung Merdeka. Masa kejayaan atau keemasan Bandung itu di tahun 1920 hingga 1940 an. Ya masa-masa perang dunia pertama di eropa.
Kini kita bisa ikut dalam perkumpulan Komunitas Wisata Sejarah dan Budaya Klab Aleut bila memang suka yang antic-antik dan kuno-kuno dari kota Bandung. Meskipun Bandung sesungguhnya jauh lebih muda daripada Jakarta. Komunitas ini bisa berjalan-jalan mulai dari Societet Concordia, ke Savoy Homann, Braga dan Balai Kota sampai ke Gedung Sate. Perkumpulan ini geratis alias tak dipungut biaya.
Ternyata dari situ kita baru tahu kalau jalan Asia Afrika adalah merupakan sepotong atau sebagian dari jalan raya Pos yang dulu dibangun di jaman keemasan Napoleon Bonaparte atau jaman gubernur jenderal Daendels. Jalan tersebut dibangun panjang sepanjang Jawa untuk memudahkan dilalui kereta kuda Pos yang mengangkut paket dan penumpang. Juga untuk mendukung pergerakan pasukan Napoleonik pimpinan Daendels yang bermaksud mempertahankan Jawa dari gempuran pasukan Inggeris. Karena saat itu Inggeris di Malaka sengaja melumpuhkan semua pasukan Napoleon yang di Jawa dan Mauritius. Dan pasukan Belanda saat itu adalah sekutu Napoleon Bonaparte.
Di jalan ini Daendels pernah menancapkan tongkatnya dan memerintahkan bupati Bandung untuk membangun dan mengembangkan kota. Sehingga titik tersebut hingga kini disebut titik 0 kilometer yang dianggap sebagai pusat awal pengembangan kota.
Di sana pernah ada Toneel Braga yang menampilkan tiruan actor Charlie Chaplin yang dulu pernah menginap di hotel Savoy Homann. Maksudnya supaya Chaplin yang aseli bisa menyelinap ke setasiun kereta api untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Garut. Sementara tiruannya dirubungi oleh banyak wartawan dan penggemar. Maka itu jangan heran bahwa dulu pulau Jawa sangat terkenal sehingga masuk dalam kisah Kingkong yang aseli yang memang terjadi di jaman tersebut. Saat itu Braga merupakan kawasan pertokoan eropa yang termewah dan termegah di Hindia. Sehingga ada showroom mobil yang pertama yaitu dari Mercedes dan Renault juga ada bioskop mewah Majestic. Di sana ada juga sebuah toko kue yang mana resepnya hingga kini masih dipertahankan sejak tahun 1920 an.
Kemudian wisatawan diajak pula ke Taman Balai Kota. Ini merupakan taman yang pertama di Bandung. Di sana ada jajanan khas Sunda termasuk minuman Goyobod yang cara membelinya dengan menukarnya dengan potongan genting. Kemudian perjalanan selanjutnya ke komplek militer di dekat Taman Lalulintas. Dan kita dapat melihat bahwa pohon-pohon di sana sudah ada sejak jaman colonial dulu. Rata-rata usianya sudah seabad dan terdiri dari pohon Mahoni, Angsana dan Kenari. Di sana ada Palais Van Leger Comandant atau istana panglima besar yang merupakan gedung panglima militer Belanda dulunya. Ada sebuah taman kita lagi yang pernah dikunjungi oleh perdana menteri Perancis pada tahun 1921. Saat itu beliau sampai menjulukinya sebagai The Garden Of Allah. Namun sayangnya tidak kelihatan seperti itu sekarang.
Kemudian ketika para wisatawan diajak naik ke menara Gedung Sate maka terlihat jelas dari atas panorama kota Bandung yang ternyata berbentuk mangkuk raksasa. Di jaman purba dulu memang tempat ini adalah bekas danau besar atau semacam cekungan kawah. Dan julukan Bandung sebagai kota kembang juga sudah dari dulu sejak jaman Belanda. Dulu disebut sebagai Bunganya Kota Pegunungan Di Hindia. Komunitas ini ternyata juga mendidik masyarakat karena para wisatawan di akhirnya perjalanan dibagikan bibit-bibit bunga untuk ditanam di rumah.
Masa itu adalah sejak akhir abad ke 19. Wisatawan bishttp://www.blogger.com/img/blank.gifa menelusurinya dari mulai jalan Braga. Dulu di situ terdapat Societet Concordia yang sekarang bernama Gedung Merdeka. Masa kejayaan atau keemasan Bandung itu di tahun 1920 hingga 1940 an. Ya masa-masa perang dunia pertama di eropa.
Kini kita bisa ikut dalam perkumpulan Komunitas Wisata Sejarah dan Budaya Klab Aleut bila memang suka yang antic-antik dan kuno-kuno dari kota Bandung. Meskipun Bandung sesungguhnya jauh lebih muda daripada Jakarta. Komunitas ini bisa berjalan-jalan mulai dari Societet Concordia, ke Savoy Homann, Braga dan Balai Kota sampai ke Gedung Sate. Perkumpulan ini geratis alias tak dipungut biaya.
Ternyata dari situ kita baru tahu kalau jalan Asia Afrika adalah merupakan sepotong atau sebagian dari jalan raya Pos yang dulu dibangun di jaman keemasan Napoleon Bonaparte atau jaman gubernur jenderal Daendels. Jalan tersebut dibangun panjang sepanjang Jawa untuk memudahkan dilalui kereta kuda Pos yang mengangkut paket dan penumpang. Juga untuk mendukung pergerakan pasukan Napoleonik pimpinan Daendels yang bermaksud mempertahankan Jawa dari gempuran pasukan Inggeris. Karena saat itu Inggeris di Malaka sengaja melumpuhkan semua pasukan Napoleon yang di Jawa dan Mauritius. Dan pasukan Belanda saat itu adalah sekutu Napoleon Bonaparte.
Di jalan ini Daendels pernah menancapkan tongkatnya dan memerintahkan bupati Bandung untuk membangun dan mengembangkan kota. Sehingga titik tersebut hingga kini disebut titik 0 kilometer yang dianggap sebagai pusat awal pengembangan kota.
Di sana pernah ada Toneel Braga yang menampilkan tiruan actor Charlie Chaplin yang dulu pernah menginap di hotel Savoy Homann. Maksudnya supaya Chaplin yang aseli bisa menyelinap ke setasiun kereta api untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Garut. Sementara tiruannya dirubungi oleh banyak wartawan dan penggemar. Maka itu jangan heran bahwa dulu pulau Jawa sangat terkenal sehingga masuk dalam kisah Kingkong yang aseli yang memang terjadi di jaman tersebut. Saat itu Braga merupakan kawasan pertokoan eropa yang termewah dan termegah di Hindia. Sehingga ada showroom mobil yang pertama yaitu dari Mercedes dan Renault juga ada bioskop mewah Majestic. Di sana ada juga sebuah toko kue yang mana resepnya hingga kini masih dipertahankan sejak tahun 1920 an.
Kemudian wisatawan diajak pula ke Taman Balai Kota. Ini merupakan taman yang pertama di Bandung. Di sana ada jajanan khas Sunda termasuk minuman Goyobod yang cara membelinya dengan menukarnya dengan potongan genting. Kemudian perjalanan selanjutnya ke komplek militer di dekat Taman Lalulintas. Dan kita dapat melihat bahwa pohon-pohon di sana sudah ada sejak jaman colonial dulu. Rata-rata usianya sudah seabad dan terdiri dari pohon Mahoni, Angsana dan Kenari. Di sana ada Palais Van Leger Comandant atau istana panglima besar yang merupakan gedung panglima militer Belanda dulunya. Ada sebuah taman kita lagi yang pernah dikunjungi oleh perdana menteri Perancis pada tahun 1921. Saat itu beliau sampai menjulukinya sebagai The Garden Of Allah. Namun sayangnya tidak kelihatan seperti itu sekarang.
Kemudian ketika para wisatawan diajak naik ke menara Gedung Sate maka terlihat jelas dari atas panorama kota Bandung yang ternyata berbentuk mangkuk raksasa. Di jaman purba dulu memang tempat ini adalah bekas danau besar atau semacam cekungan kawah. Dan julukan Bandung sebagai kota kembang juga sudah dari dulu sejak jaman Belanda. Dulu disebut sebagai Bunganya Kota Pegunungan Di Hindia. Komunitas ini ternyata juga mendidik masyarakat karena para wisatawan di akhirnya perjalanan dibagikan bibit-bibit bunga untuk ditanam di rumah.
Jumat, 21 Oktober 2011
Bunaken, Andalan Pariwisata Manado
Inilah sebuah tempat wisata memukau di utara Sulawesi. Ketika menyebut nama Taman Nasional Bunaken maka akan identik dengan lokasi menyelam paling menawan sedunia. Di sana surga bawah laut terletak, di bawah teluk Manado dengan keindahan flora dan fauna yang ada.
Di bawah hamparan laut seluas 890,65 km2 di kawasan Teluk Manado, kita akan menemukan pesona keindahan ciptaan sang Maha Kuasa dengan menikmati terumbu karang berwarna warni. Ada lebih dari 200 jenis spesies ikan serta beragam biota laut lainnya. Anda akan merasakan sensasi menyelam dengan sajian pemandangan bawah laut yang mempesona pada taman yang terletak 75 mil laut dari Pantai Manado. Lokasi menyelam ini dapat dicapai dengan perjalanan 35 menit menggunakan perahu motor.
Tidak hanya melihat barisan ikan bermacam rupa berseliweran dan padang rumput laut, kita juga bisa melihat kurang lebih 390 spesies terumbu karang yang memancarkan pesona menakjubkan. Bentuknya berlekak-lekuk unik, celah-celah hingga gua atau terowongan mungil bawah laut yang mungkin mustahil ditemukan di tempat lain.
Secara geografis Taman Nasional Bunaken dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dan bagian selatan. Bagian utara meliputi lima pulau, dan daerah pesisir antara Molas hingga Tiwoho yang disebut Pesisir Molas-Wori. Bagian selatan seluruhnya terdiri daerah pesisir antara Desa Poopoh dan Desa Popareng yang disebut Pesisir Arakan-Wawontulap. Di wilayah ini, terdapat 22 desa dengan jumlah penduduk sekitar 35 ribu jiwa. Sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan serta 25%-nya bekerja pada bidang pariwisata.
Taman ini didirikan 1991 dan merupakan salah satu taman laut pertama di dunia. Pada 2005 Bunaken menjadi situs warisan dunia setelah didaftarkan Indonesia di UNESCO. Terjadi peningkatan yang signifikan pada kunjungan wisatawan ke Taman Nasional ini. Pada 2008 dikunjungi 32.760 wisatawan asing, di tahun berikutnya meningkat jadi 51 ribu wisatawan mancanegara. Bahkan, pada 2010 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara berani menargetkan sebanyak 100 ribu wisatawan asing akan datang di Bunaken. Apalagi di tahun ini sudah dicanangkan Manado Kota Pariwisata Dunia 2010, Taman Nasional Bunaken menjadi ikon pariwisata andalan Sulawesi Utara.
Menyelam memang merupakan cara terbaik bila Anda ingin secara utuh dan jelas menikmati keindahan panorama bawah laut Bunaken. Tersedia 23 tempat snorkeling atau penyelaman. Tak usah repot-repot bawa alat menyelam sendiri karena di sana disewakan alat-alat dengan harga berkisar Rp 100 ribu per hari.
Tapi menyelam memang bukan pilihan satu-satunya. Cara lainnya adalah menggunakan kapal semi selam yang disewakan di lepas pantai Pulau Bunaken. Kapal ini menyediakan dinding-dinding kaca untuk bisa menikmati keindahan dan eksotisme dasar laut Bunaken. Ada pula kapal selam Blue Banter yang hanya akan beroperasi saat air laut pasang. Pemandangan yang didapatkan tentu saja lebih maksimal meski tarifnya jauh lebih mahal dari kapal semi selam berdinding kaca.
Ada dua pilihan tempat persewaan kapal dari Manado menuju Bunaken, yakni Pasar Bersehati dan Marina. Sewa kapal dari Pasar Bersehati Manado ke Bunaken dengan tarif antara Rp 300 ribu - Rp 400 ribu. Sedangkan jika dari Marina tarif yang berlaku lebih mahal yakni sekitar Rp 600 ribu - Rp 800 ribu.
Cara lebih ekonomis adalah bergabung bersama wisatawan-wisatawan lainnya dengan menumpang kapal tradisional bertarif Rp 50 ribu per orang. Hanya saja mesti menunggu tempat duduk di atas kapal penuh dulu baru berangkat.
Pesona Bunaken tak hanya pada taman lautnya saja, namun di permukaan pun kita bisa menikmati keindahan dan eksotisme lima pulau yang melingkupi kawasan Taman Nasional tersebut. Lima pulau itu yakni pulau Bunaken, Siladen, Manado Tua, Nain dan Mantehage. Di pulau terakhir terdapat suku Bajo dengan budayanya yang khas.
Untuk mencapai Manado, ada banyak pilihan maskapai penerbangan yang melayani rute tersebut, baik dari Jakarta, Denpasar, Makassar dan Sorong. Dari Jakarta misalnya, anda bisa memilih Garuda Indonesia (dua kali waktu penerbangan sehari), Lion Air (3 kali jadwal penerbangan sehari) dan Batavia Air (dua kali jadwal penerbangan sehari), dengan waktu tempuh selama kurang lebih 3 jam perjalanan.
Nah, tunggu apa lagi?
Mari jo, kita baku dapa di Bunaken.
Oleh Amril Taufik Gobel
Bersumber dari : www.yahoo.com
Di bawah hamparan laut seluas 890,65 km2 di kawasan Teluk Manado, kita akan menemukan pesona keindahan ciptaan sang Maha Kuasa dengan menikmati terumbu karang berwarna warni. Ada lebih dari 200 jenis spesies ikan serta beragam biota laut lainnya. Anda akan merasakan sensasi menyelam dengan sajian pemandangan bawah laut yang mempesona pada taman yang terletak 75 mil laut dari Pantai Manado. Lokasi menyelam ini dapat dicapai dengan perjalanan 35 menit menggunakan perahu motor.
Tidak hanya melihat barisan ikan bermacam rupa berseliweran dan padang rumput laut, kita juga bisa melihat kurang lebih 390 spesies terumbu karang yang memancarkan pesona menakjubkan. Bentuknya berlekak-lekuk unik, celah-celah hingga gua atau terowongan mungil bawah laut yang mungkin mustahil ditemukan di tempat lain.
Secara geografis Taman Nasional Bunaken dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dan bagian selatan. Bagian utara meliputi lima pulau, dan daerah pesisir antara Molas hingga Tiwoho yang disebut Pesisir Molas-Wori. Bagian selatan seluruhnya terdiri daerah pesisir antara Desa Poopoh dan Desa Popareng yang disebut Pesisir Arakan-Wawontulap. Di wilayah ini, terdapat 22 desa dengan jumlah penduduk sekitar 35 ribu jiwa. Sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan serta 25%-nya bekerja pada bidang pariwisata.
Taman ini didirikan 1991 dan merupakan salah satu taman laut pertama di dunia. Pada 2005 Bunaken menjadi situs warisan dunia setelah didaftarkan Indonesia di UNESCO. Terjadi peningkatan yang signifikan pada kunjungan wisatawan ke Taman Nasional ini. Pada 2008 dikunjungi 32.760 wisatawan asing, di tahun berikutnya meningkat jadi 51 ribu wisatawan mancanegara. Bahkan, pada 2010 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara berani menargetkan sebanyak 100 ribu wisatawan asing akan datang di Bunaken. Apalagi di tahun ini sudah dicanangkan Manado Kota Pariwisata Dunia 2010, Taman Nasional Bunaken menjadi ikon pariwisata andalan Sulawesi Utara.
Menyelam memang merupakan cara terbaik bila Anda ingin secara utuh dan jelas menikmati keindahan panorama bawah laut Bunaken. Tersedia 23 tempat snorkeling atau penyelaman. Tak usah repot-repot bawa alat menyelam sendiri karena di sana disewakan alat-alat dengan harga berkisar Rp 100 ribu per hari.
Tapi menyelam memang bukan pilihan satu-satunya. Cara lainnya adalah menggunakan kapal semi selam yang disewakan di lepas pantai Pulau Bunaken. Kapal ini menyediakan dinding-dinding kaca untuk bisa menikmati keindahan dan eksotisme dasar laut Bunaken. Ada pula kapal selam Blue Banter yang hanya akan beroperasi saat air laut pasang. Pemandangan yang didapatkan tentu saja lebih maksimal meski tarifnya jauh lebih mahal dari kapal semi selam berdinding kaca.
Ada dua pilihan tempat persewaan kapal dari Manado menuju Bunaken, yakni Pasar Bersehati dan Marina. Sewa kapal dari Pasar Bersehati Manado ke Bunaken dengan tarif antara Rp 300 ribu - Rp 400 ribu. Sedangkan jika dari Marina tarif yang berlaku lebih mahal yakni sekitar Rp 600 ribu - Rp 800 ribu.
Cara lebih ekonomis adalah bergabung bersama wisatawan-wisatawan lainnya dengan menumpang kapal tradisional bertarif Rp 50 ribu per orang. Hanya saja mesti menunggu tempat duduk di atas kapal penuh dulu baru berangkat.
Pesona Bunaken tak hanya pada taman lautnya saja, namun di permukaan pun kita bisa menikmati keindahan dan eksotisme lima pulau yang melingkupi kawasan Taman Nasional tersebut. Lima pulau itu yakni pulau Bunaken, Siladen, Manado Tua, Nain dan Mantehage. Di pulau terakhir terdapat suku Bajo dengan budayanya yang khas.
Untuk mencapai Manado, ada banyak pilihan maskapai penerbangan yang melayani rute tersebut, baik dari Jakarta, Denpasar, Makassar dan Sorong. Dari Jakarta misalnya, anda bisa memilih Garuda Indonesia (dua kali waktu penerbangan sehari), Lion Air (3 kali jadwal penerbangan sehari) dan Batavia Air (dua kali jadwal penerbangan sehari), dengan waktu tempuh selama kurang lebih 3 jam perjalanan.
Nah, tunggu apa lagi?
Mari jo, kita baku dapa di Bunaken.
Oleh Amril Taufik Gobel
Bersumber dari : www.yahoo.com
Label:
batavia air,
bunaken,
indonesia,
lion air,
menado
Minggu, 09 Oktober 2011
Wisata Budaya Betawi di Jakarta
Kota Jakarta tidak hanya mal dan taman hiburan saja. Ternyata ada juga loh wisata untuk cagar budaya asli Betawi. Dulu pernah ada wisata cagar budaya Condet namun sayangnya kurang diperhatikan sehingga akhirnya perlahan-lahan hilang tertelan perkembangan pembangunan ekonomi sehingga akhirnya wisata budaya Condet hanya jadi pemukiman biasa dan di sepanjang jalan dipenuhi dengan toko-toko dan bengkel.http://www.blogger.com/img/blank.gif
Ada juga Kampung Sawah di pinggiran Jakarta yang masih kental nuansa Betawinya namun kini sudah bercampur dengan adat Banten. Namun uniknya di kampung ini penduduknya mayoritas beragama Kristen dan Katolik karena pernah dulunya merupakan penduduk asli Jakarta yang menerima pengajaran misi Kristen dan Katolik. Jadi di kampung yang dibelah oleh sebuah jalan kecil ini saling berseberangan dan di satu sisinya Kristen Protestan dan di satu sisi yang lainnya adalah beragama Katolik.
Bila kita ingin berwisata ke cagar budaya asli Betawi memang terletak umumnya di sisi luar Jakarta. Sebab umumnya kaum Betawi ini dulunya telah menjual tanahnya di pusat kota Jakarta kepada para pendatang dan mereka sendiri pindah ke pinggiran. Maka kini telah dirintislah pula sebuah objek wisata cagar budaya Betawi yang gunanya untuk melestarikan budaya tersebut. Adanya di Setu Babakan, Jakarta Selatan. Tepatnya di Jagakarsa, atau Srengseng Sawah.
Lokasi itu terpilih dari beberapa lokasi yang diusulkan. Akhirnya dikuatkan dengan SK Gubernur nomor 9 tahun 2000. Dan namanya kini jadi Perkampungan Budaya Setu Babakan. Tempatnya mudah dijangkau dengan angkutan umum dari terminal Pasar Minggu maupun dari terminal Depok.
Bila kita kesana maka kita akan melihat bahwa semua rumah penduduk baik itu yang bersuku Betawi asli maupun bukan pastilah bangunannya berarsitektur Betawi asli. Juga ada sebuah panggung besar tempat dimana para warga selalu mengadakan kegiatan kesenian. Dan di situlah pula selalu diajarkan kepada anak-anak semua tarian Betawi asli. Seperti tari Sirih Kuning, Nandak Ganjen, dan Lenggang Nyai.
Masuk ke sana tidak dipungut biaya alias gratis. Hanya dikenakan uang parkir saja bila kita membawa kendaraan pribadi. Di sana kita bisa selalu melihat pagelaran budaya seperti, upacara prosesi pernikahan, sunatan, dan lain-lainnya yang selalu diadakan pada bulan Juli. Selain itu ada juga wisata air di danau seperti berperahu atau memancing. Dan pinggiran danau bisa kita gunakan untuk berpiknik. Dan bila suka makanan khas Betawi maka ada banyak sekali penjualnya di sana jadi tidak perlu mencarinya lagi di Pekan Raya Jakarta. Seperti Kerak Telor, Serabi, Soto Betawi, Gado-gado dan lain-lain.
Ada juga penyewaan delman di sana untuk berkeliling kampung. Dan lebih menariknya lagi anda akan disambut dengan dipetikkan buah-buahan. Namun bila ingin lebih maka anda harus membelinya. Ada banyak buah langka yang dilupakan orang ada di sana seperti buah Kemuning, Kerendang, Namnam, Gandaria, Menteng, Buni dan Kecapi yang semuanya itu tidak bisa kita cari di pasaran. Itu semua merupakan buah-buahan asli kampong Betawi sejak jaman dulu. Dan setiap ada bunyi azan maka kita harus menghentikan sejenak kegiatan kita selama 5 menit. Dan saat magrib maka semua wisatawan sudah harus pulang dan tidak boleh melanjutkan wisatanya.
Ada juga Kampung Sawah di pinggiran Jakarta yang masih kental nuansa Betawinya namun kini sudah bercampur dengan adat Banten. Namun uniknya di kampung ini penduduknya mayoritas beragama Kristen dan Katolik karena pernah dulunya merupakan penduduk asli Jakarta yang menerima pengajaran misi Kristen dan Katolik. Jadi di kampung yang dibelah oleh sebuah jalan kecil ini saling berseberangan dan di satu sisinya Kristen Protestan dan di satu sisi yang lainnya adalah beragama Katolik.
Bila kita ingin berwisata ke cagar budaya asli Betawi memang terletak umumnya di sisi luar Jakarta. Sebab umumnya kaum Betawi ini dulunya telah menjual tanahnya di pusat kota Jakarta kepada para pendatang dan mereka sendiri pindah ke pinggiran. Maka kini telah dirintislah pula sebuah objek wisata cagar budaya Betawi yang gunanya untuk melestarikan budaya tersebut. Adanya di Setu Babakan, Jakarta Selatan. Tepatnya di Jagakarsa, atau Srengseng Sawah.
Lokasi itu terpilih dari beberapa lokasi yang diusulkan. Akhirnya dikuatkan dengan SK Gubernur nomor 9 tahun 2000. Dan namanya kini jadi Perkampungan Budaya Setu Babakan. Tempatnya mudah dijangkau dengan angkutan umum dari terminal Pasar Minggu maupun dari terminal Depok.
Bila kita kesana maka kita akan melihat bahwa semua rumah penduduk baik itu yang bersuku Betawi asli maupun bukan pastilah bangunannya berarsitektur Betawi asli. Juga ada sebuah panggung besar tempat dimana para warga selalu mengadakan kegiatan kesenian. Dan di situlah pula selalu diajarkan kepada anak-anak semua tarian Betawi asli. Seperti tari Sirih Kuning, Nandak Ganjen, dan Lenggang Nyai.
Masuk ke sana tidak dipungut biaya alias gratis. Hanya dikenakan uang parkir saja bila kita membawa kendaraan pribadi. Di sana kita bisa selalu melihat pagelaran budaya seperti, upacara prosesi pernikahan, sunatan, dan lain-lainnya yang selalu diadakan pada bulan Juli. Selain itu ada juga wisata air di danau seperti berperahu atau memancing. Dan pinggiran danau bisa kita gunakan untuk berpiknik. Dan bila suka makanan khas Betawi maka ada banyak sekali penjualnya di sana jadi tidak perlu mencarinya lagi di Pekan Raya Jakarta. Seperti Kerak Telor, Serabi, Soto Betawi, Gado-gado dan lain-lain.
Ada juga penyewaan delman di sana untuk berkeliling kampung. Dan lebih menariknya lagi anda akan disambut dengan dipetikkan buah-buahan. Namun bila ingin lebih maka anda harus membelinya. Ada banyak buah langka yang dilupakan orang ada di sana seperti buah Kemuning, Kerendang, Namnam, Gandaria, Menteng, Buni dan Kecapi yang semuanya itu tidak bisa kita cari di pasaran. Itu semua merupakan buah-buahan asli kampong Betawi sejak jaman dulu. Dan setiap ada bunyi azan maka kita harus menghentikan sejenak kegiatan kita selama 5 menit. Dan saat magrib maka semua wisatawan sudah harus pulang dan tidak boleh melanjutkan wisatanya.
Langganan:
Postingan (Atom)