Kota Jakarta tidak hanya mal dan taman hiburan saja. Ternyata ada juga loh wisata untuk cagar budaya asli Betawi. Dulu pernah ada wisata cagar budaya Condet namun sayangnya kurang diperhatikan sehingga akhirnya perlahan-lahan hilang tertelan perkembangan pembangunan ekonomi sehingga akhirnya wisata budaya Condet hanya jadi pemukiman biasa dan di sepanjang jalan dipenuhi dengan toko-toko dan bengkel.http://www.blogger.com/img/blank.gif
Ada juga Kampung Sawah di pinggiran Jakarta yang masih kental nuansa Betawinya namun kini sudah bercampur dengan adat Banten. Namun uniknya di kampung ini penduduknya mayoritas beragama Kristen dan Katolik karena pernah dulunya merupakan penduduk asli Jakarta yang menerima pengajaran misi Kristen dan Katolik. Jadi di kampung yang dibelah oleh sebuah jalan kecil ini saling berseberangan dan di satu sisinya Kristen Protestan dan di satu sisi yang lainnya adalah beragama Katolik.
Bila kita ingin berwisata ke cagar budaya asli Betawi memang terletak umumnya di sisi luar Jakarta. Sebab umumnya kaum Betawi ini dulunya telah menjual tanahnya di pusat kota Jakarta kepada para pendatang dan mereka sendiri pindah ke pinggiran. Maka kini telah dirintislah pula sebuah objek wisata cagar budaya Betawi yang gunanya untuk melestarikan budaya tersebut. Adanya di Setu Babakan, Jakarta Selatan. Tepatnya di Jagakarsa, atau Srengseng Sawah.
Lokasi itu terpilih dari beberapa lokasi yang diusulkan. Akhirnya dikuatkan dengan SK Gubernur nomor 9 tahun 2000. Dan namanya kini jadi Perkampungan Budaya Setu Babakan. Tempatnya mudah dijangkau dengan angkutan umum dari terminal Pasar Minggu maupun dari terminal Depok.
Bila kita kesana maka kita akan melihat bahwa semua rumah penduduk baik itu yang bersuku Betawi asli maupun bukan pastilah bangunannya berarsitektur Betawi asli. Juga ada sebuah panggung besar tempat dimana para warga selalu mengadakan kegiatan kesenian. Dan di situlah pula selalu diajarkan kepada anak-anak semua tarian Betawi asli. Seperti tari Sirih Kuning, Nandak Ganjen, dan Lenggang Nyai.
Masuk ke sana tidak dipungut biaya alias gratis. Hanya dikenakan uang parkir saja bila kita membawa kendaraan pribadi. Di sana kita bisa selalu melihat pagelaran budaya seperti, upacara prosesi pernikahan, sunatan, dan lain-lainnya yang selalu diadakan pada bulan Juli. Selain itu ada juga wisata air di danau seperti berperahu atau memancing. Dan pinggiran danau bisa kita gunakan untuk berpiknik. Dan bila suka makanan khas Betawi maka ada banyak sekali penjualnya di sana jadi tidak perlu mencarinya lagi di Pekan Raya Jakarta. Seperti Kerak Telor, Serabi, Soto Betawi, Gado-gado dan lain-lain.
Ada juga penyewaan delman di sana untuk berkeliling kampung. Dan lebih menariknya lagi anda akan disambut dengan dipetikkan buah-buahan. Namun bila ingin lebih maka anda harus membelinya. Ada banyak buah langka yang dilupakan orang ada di sana seperti buah Kemuning, Kerendang, Namnam, Gandaria, Menteng, Buni dan Kecapi yang semuanya itu tidak bisa kita cari di pasaran. Itu semua merupakan buah-buahan asli kampong Betawi sejak jaman dulu. Dan setiap ada bunyi azan maka kita harus menghentikan sejenak kegiatan kita selama 5 menit. Dan saat magrib maka semua wisatawan sudah harus pulang dan tidak boleh melanjutkan wisatanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar