Jumat, 28 Oktober 2011

Wisata Ke Bandung Tempo Dulu

Ini adalah upaya merasakan sisa-sisa apa yang telah dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda terhadap Bandung ketika itu. Bandung memang sengaja dikembangkan untuk pariwisata alias kota peristirahatan atau plesiran. Makanya disebut sebagai Parijs Van Java. Memang ketika itu Bandung sangat indah dan teratur serta tertata rapi di pegunungan.

Masa itu adalah sejak akhir abad ke 19. Wisatawan bishttp://www.blogger.com/img/blank.gifa menelusurinya dari mulai jalan Braga. Dulu di situ terdapat Societet Concordia yang sekarang bernama Gedung Merdeka. Masa kejayaan atau keemasan Bandung itu di tahun 1920 hingga 1940 an. Ya masa-masa perang dunia pertama di eropa.

Kini kita bisa ikut dalam perkumpulan Komunitas Wisata Sejarah dan Budaya Klab Aleut bila memang suka yang antic-antik dan kuno-kuno dari kota Bandung. Meskipun Bandung sesungguhnya jauh lebih muda daripada Jakarta. Komunitas ini bisa berjalan-jalan mulai dari Societet Concordia, ke Savoy Homann, Braga dan Balai Kota sampai ke Gedung Sate. Perkumpulan ini geratis alias tak dipungut biaya.

Ternyata dari situ kita baru tahu kalau jalan Asia Afrika adalah merupakan sepotong atau sebagian dari jalan raya Pos yang dulu dibangun di jaman keemasan Napoleon Bonaparte atau jaman gubernur jenderal Daendels. Jalan tersebut dibangun panjang sepanjang Jawa untuk memudahkan dilalui kereta kuda Pos yang mengangkut paket dan penumpang. Juga untuk mendukung pergerakan pasukan Napoleonik pimpinan Daendels yang bermaksud mempertahankan Jawa dari gempuran pasukan Inggeris. Karena saat itu Inggeris di Malaka sengaja melumpuhkan semua pasukan Napoleon yang di Jawa dan Mauritius. Dan pasukan Belanda saat itu adalah sekutu Napoleon Bonaparte.

Di jalan ini Daendels pernah menancapkan tongkatnya dan memerintahkan bupati Bandung untuk membangun dan mengembangkan kota. Sehingga titik tersebut hingga kini disebut titik 0 kilometer yang dianggap sebagai pusat awal pengembangan kota.

Di sana pernah ada Toneel Braga yang menampilkan tiruan actor Charlie Chaplin yang dulu pernah menginap di hotel Savoy Homann. Maksudnya supaya Chaplin yang aseli bisa menyelinap ke setasiun kereta api untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Garut. Sementara tiruannya dirubungi oleh banyak wartawan dan penggemar. Maka itu jangan heran bahwa dulu pulau Jawa sangat terkenal sehingga masuk dalam kisah Kingkong yang aseli yang memang terjadi di jaman tersebut. Saat itu Braga merupakan kawasan pertokoan eropa yang termewah dan termegah di Hindia. Sehingga ada showroom mobil yang pertama yaitu dari Mercedes dan Renault juga ada bioskop mewah Majestic. Di sana ada juga sebuah toko kue yang mana resepnya hingga kini masih dipertahankan sejak tahun 1920 an.

Kemudian wisatawan diajak pula ke Taman Balai Kota. Ini merupakan taman yang pertama di Bandung. Di sana ada jajanan khas Sunda termasuk minuman Goyobod yang cara membelinya dengan menukarnya dengan potongan genting. Kemudian perjalanan selanjutnya ke komplek militer di dekat Taman Lalulintas. Dan kita dapat melihat bahwa pohon-pohon di sana sudah ada sejak jaman colonial dulu. Rata-rata usianya sudah seabad dan terdiri dari pohon Mahoni, Angsana dan Kenari. Di sana ada Palais Van Leger Comandant atau istana panglima besar yang merupakan gedung panglima militer Belanda dulunya. Ada sebuah taman kita lagi yang pernah dikunjungi oleh perdana menteri Perancis pada tahun 1921. Saat itu beliau sampai menjulukinya sebagai The Garden Of Allah. Namun sayangnya tidak kelihatan seperti itu sekarang.

Kemudian ketika para wisatawan diajak naik ke menara Gedung Sate maka terlihat jelas dari atas panorama kota Bandung yang ternyata berbentuk mangkuk raksasa. Di jaman purba dulu memang tempat ini adalah bekas danau besar atau semacam cekungan kawah. Dan julukan Bandung sebagai kota kembang juga sudah dari dulu sejak jaman Belanda. Dulu disebut sebagai Bunganya Kota Pegunungan Di Hindia. Komunitas ini ternyata juga mendidik masyarakat karena para wisatawan di akhirnya perjalanan dibagikan bibit-bibit bunga untuk ditanam di rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar