Minggu, 06 November 2011

Wisata Melon dan Semangka di Seragen

Mungkin anda tahu kota Solo di Jawa Tengah. Cobalah anda naik bis kecil dari terminal tirtonadi ke Seragen. Perjalanan ke sana terutama di pagi hari sangatlah menyenangkan walaupun bisnya ngebut-ngebut semua.

Perjalanan bis akan melalui jalan-jalan kecil di tengah persawahan yang khas Jawa Tengah. Persawahan yang seperti ini dapat kita lihat sejak abad ke 19 dari lukisan-lukisan peninggalan Belanda terutama dari likusan-lukisan mendiang Raden Saleh yang senang sekali melukis pemandangan tanah Jawa dan gunung-gemunung. Juga dapat kita jumpai pada cerita panjang sejarah Jawa dari buku History Of Java karangan Sir Thomas Stamford Raffles.

Sungguh kental nuansa kejawaan di sepanjang perjalanan tersebut. Dimana kita bisa melihat pagi-pagi anak-anak sekolah berangkat ke sekolah sambil berjalan kaki beriringan atau naik sepeda dan para pemuda dan pemudi berangkat kerja naik sepeda motor bebeknya. Padahal jalan kabupaten yang relatif kecil dan sempit tersebut banyak dilalui oleh kendaraan besar seperti bis malam antar kota dan propinsi yang selalu ngebut dengan kecepatan tinggi dan truk-truk besar pengangkut barang. Sungguh sebetulnya jalan yang berbahaya. Bahkan saya pernah melihat di youtube bahwa orang asing saja menjuluki wilayah ini sebagai jalan berbahaya. Ada sebuah rekaman video di youtube yang berjudul Indonesian Crazy Driver yang pengambilan gambarnya di lokasi ini. Bagi mereka orang asing cara mengemudi yang ugal-ugalan di jalan sempit dan ramai memang tidak biasa. Namun bagi kita hal itu sudah biasa. Video tersebut menggambarkan bagaimana seorang pengemudi mobil menjalankan mobilnya dari kota Solo melalui Masaran menuju Jawa Timur. Terlihat bahwa jalanan tersebut ramai dan kencang serta panjang. Lalu pengemudi tersebut melajukan mobilnya menyalip beberapa mobil di depannya sekaligus walaupun dari arah berlawanan ada banyak mobil dan sepeda motor yang dating. Hal ini memang sungguh mengerikan bagi turis asing, sebab di Negara-negara maju di sana tidak ada perilaku demikian.

Persawahan tersebut sesungguhnya indah bila kita tidak perlu terganggu dengan ulah pengemudi yang ngebut-ngebut. Sepanjang mata memandang akan terlihat hamparan permadani hijau yang meliuk-liuk bentuknya dan bertingkat-tingkat. Yang lebih indahnya lagi di pagi hari akan selalu terlihat saputan kabut tebal yang mengambang di atasnya. Diselingi dengan pemandangan pegunungan biru di kejauhan yang dipayungi awan. Juga kerumunan pepohonan dan hutan kecil di antaranya. Sementara banyak burung melintas rendah di atas persawahan tersebut dan menembusi kabut. Sementara itu anda pasti akan melihat rumah-rumah penduduk yang khas jawa dengan atap joglonya dan berpintu gapit serta jendela jeruji kayu dengan pintu kayu kecil penutup jendela. Konon rumah-rumah seperti ini memang peninggalan nenek moyang mereka sejak jaman kerajaan Mataram dulu sehingga hingga kini masih banyak yang dilestarikan walaupun di sekelilingnya banyak ditambahi bangunan baru sehingga bentuknya jadi tidak karuan. Umumnya rumah besar milik keluarga ningrat atau terpelajar biasanya ada pendoponya tempat di mana keluarga dengan anak-anak sering bermain dan berkumpul pada sore hari.

Kabupaten Seragen ini pernah mendapatkan penghargaan tertinggi di bidang pelayanan masyarakat di jaman presiden Megawati. Semua pelayanannya rapi dan cepat serta gratis sehingga waktu itu pemerintah sangat mengapresiasinya. Dan sejak jaman itu juga mereka para pegawai kabupaten memperkenalkan sergam batik khas Seragennya.

Jalanan ramai ini bila malam hari berubah jadi ajang kebut-kebutan bis malam antar kota dan propinsi yang menuju Surabaya dan Bali. Semua orang tahu betapa berbahayanya hal itu di malam hari bila berkendaraan, namun mereka sendiri para penduduk di sana menganggap hal itu biasa saja.

Bila kita sudah mencapai Masaran maka menjadi banyak persilangan jalan di tengah-tengah hamparan sawah hijau tadi. Dari sini kita akan melihat banyak papan plang penunjuk arah jalan. Maka kita akan melihat sebuah monument Patung Semangka dan Melon di tengah-tengah sawah.

Kabupaten ini memang penghasil melon dan semangka terbesar sejak dari jaman mendiang presiden Suharto. Mungkin inilah hasil dari pembangunan pertanian yang pernah digalakkan oleh beliau. Sehingga waktu itu masing-masing daerah memiliki cirri khas masing-masing sebagai penghasil terbesar komoditas pertanian tertentu. Silahkan bila anda ingin memborongnya dengan harga yang masih murah sebelum jatuh ke pasaran bebas. Melon dan semangka ini banyak dijual di tengah kota maupun di pasar-pasar besar di Masaran maupun Seragen. Namun sayangnya pernah hal ini kurang dihargai oleh pemerintah kita sendiri waktui itu. Di sekitar penghujung akhir masa kediktatoran mendiang Suharto ada banyak sekali impor dan permainan dagang komoditas yang dilakukan oleh para kroninya. Sehingga dampak langsungnya di daerah ini seketika terasa. Buah-buahan local tidak laku karena tergusur oleh buah-buahan impor yang begitu ramai menyerbu pasaran. Sehingga para konsumen beralih ke buah-buahan impor. Akibatnya hasil melon dan semangka di daerah tersebut melimpah dan tidak laku walaupun harga sudah jatuh murah. Padahal para petani telah dengan tekun mengikuti prosedur resmi yang secara rapi telah diatur oleh pemerintah ketika itu termasuk selalu setia mengguanakan pupuk dan pestisida yang dimonopoli oleh pemerintah. Padahal penyalurnya saat itu juga dimonopoli oleh para putera-puteri presiden. Namun sayangnya pemerintah ketika itu tidak melindungi para petani ini dari serbuan komoditas pertanian impor. Sehingga pernah terjadi hingga berton-ton semangka dan melon yang melimpah itu busuk dan terpaksa dimusnahkan. Itulah sekelumit sejarahnya.

Semangka asal kabupaten Seragen ini ada banyak macamnya seperti semangka tanpa biji atau berbiji, atau yang berwarna kuning dan merah. Sedangkan melon ada yang melon berwarna kuning dan melon putih.

Bersumber dari : www.travel2leisure.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar